Tari condong berasal dari istana di pada pertengahan abad ke-19. Penciptanya tidak diketahui, tetapi sejarah rakyat mengacu bahwa ada pangeran dari Sukawati sakit parah mendapat penglihatan dua gadis cantik menari dengan anggun ditemani musik gamelan, setelah sehat kembali, pangeran ini mereka ulang tarian yang dia pernah lihat. Tarian ini awalnya menceritakan kisah dua bidadari bernama Supraba dan Wilotama. Semenjak dekade 1930-an, cerita diubah menjadi seorang raja atau ratu.
Pada pertunjukan modern, penari condong memainkan peran subjek. Koreografer Ni Ketut Arini menggambarkan penari condong sebagai potret seorang pelayan istana yang melayani raja, serta kagum akan kuasanya dan kecantikan putri sang raja.
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat umat Hindu yang ada di Desa Buwun Sejati mengadopsi dan melestarikan Tari Condong tersebut.